UPACARA ANGON PUTU

Selasa, 07 Januari 2014

ANGON PUTU
Upacara angon putu merupakan salah satu dari serangkaian upacara tumbuk ageng. Upacara angon putu diselenggarakan pada pagi hari. Keturunannya (anak, cucu, cicit) diajak berjalan-jalan ke pasar lalu jajan sepuas-puasnya. Bila dirasa sudah cukup, maka anak, cucu, cicit digiring atau diajak bersama-sama untuk pulang. Masa sekarang, pasar diartikan sebagai bukan pasar yang sesungguhnya, tetapi bisa diganti dengan pasar buatan. Jadi orangtua yang memiliki halaman yang cukup luas, membuat pasar-pasaran atau pasar buatan di mana di halaman tersebut terdapat berbagai macam makanan yang seolah-olah dijual. Berbagai jenis makanan tersebut lalu (seolah-olah) diambil oleh anak keturunannya.
CONGKOGAN
Pada sore harinya sekitar pukul 15.00-16.00 dilakukan upacara congkogan. Penyelenggaraan upacara congkogan adalah sebagai berikut:
  • Orangtua yang dicongkogi berdiri di tengah halaman dikelilingi anak, cucu, cicit.
  • Anak-anaknya nyongkog (menyangga) berdirinya orangtua dengan menggunakan tebu wulung. Anak yang mencongkog berjumlah paling sedikit empat orang. Empat orang anak tersebut masing-masing nyongkog di depan, belakang, samping kiri, dan samping kanan.
  • Bila berdirinya orangtua dirasa sudah cukup mapan/kuat, maka para penyongkog yang merupakan anak-anaknya tersebut mundur untuk menuju tempat di depan orangtua sehingga antara anak dan orangtua berdiri berhadap-hadapan.
  • Pada saat berhadapan ini orangtua memberikan berkahnya kepada anak-anaknya. Pemberian berkah ini bisa dalam bentuk yang bermacam-macam, seperti pemberian nasehat, pemberian semangat hidup, atau bahkan berupa suatu anggukan kecil kepada anak-anaknya.
  • Bila acara pemberian berkah orangtua kepada anak-anaknya sudah selesai, maka upacara dianggap selesai.
  • Bila anak-anaknya sudah meninggal, bisa digantikan oleh cucu yang sudah menginjak dewasa.
Makna dari upacara congkogan ini adalah suatu perumpamaan bahwa orang yang sudah tua (berumur 64 tahun) biasanya sudah tidak dapat hidup mandiri karena fisiknya sudah mulai melemah, ingatan dan panca indranya juga berkurang kekuatan fungsinya. Maka kehidupan selanjutnya orangtua itu perlu kasengkuyung (dibantu) anak cucunya. Tebu wulung yang digunakan dalam upacara congkogan merupakan lambang bahwa kehidupannya selalu dengan kemantapan hati dan pasrah kepada Pangeran sebagai Penguasa Jagad Raya.
ANDRAWINAN
Upacara andrawinan merupakan upacara terakhir dalam rangkaian upacara tumbuk ageng. Dalam upacara andrawinan ini dilakukan serangkaian adat upacara pangkas tumpeng, nyebar udhik-udhik, paring wasiat, sungkeman, dhahar kembul, dan lain-lain.
  1. Upacara pangkas tumpeng : sang kakek/nenek memotong tumpeng.
  2. Upacara nyebar udhik-udhik : Uang logam ditaruh di dalam bokor yang berisi beras kuning dan bunga, serta umbi-umbian. Segenggam demi segenggam diambil oleh sang kakek/nenk dan disebar di arena upacara. Anak cucu berebut mengambilnya.
  3. Upacara paring wasiat : Sang kakek/nenek memberikan harta pusaka (harta kekayaan) kepada anak cucu.
  4. Upacara sungkeman : Sang kakek/nenk disungkemi (dihormati) oleh anak cucu.
  5. Upacara dhahar kembul : berpesta atau makan bersama.
  6. Wayangan sebagai penutup : Cerita wayang kulit yang dipentaskan mengambil tema kebijaksaan. Bila pementasan wayang kulit ditiadakan, acara penutup bisa diisi dengan sebuah cerita riwayat hidup sang kakek/nenek.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.